Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 17 Ramadhan 1443
Membaca Bacaan Mulia
Saudaraku, seperti telah disampaikan dalam muhasabah yang baru lalu bahwa saat Muhammad al-Amin mencapai puncak kekudusan hati dalam uzlahnya, Allah memberikan jawaban dengan mengutus ruh al-qudus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyuNya. Peristiwa ini kemudian diabadikan oleh sejarah karena menandai serangkaian turun wahyu-wahyu berikutnyaberangsur-angsur berlangsung sekitar 23 tahun. yang kemudian terhimpun menjadi al-Qur'an al-Karim.
Dalam rangkaian lengkapnya wahyu yang turun pertama kali di Gua Hira adalah sebagai berikut, yang artinya. Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Qs. Al-Alaq 1-5)
Dalam sejarahnya, tuntutan membaca ternyata diulang tiga kali oleh Malaikat Jibril bukan saja untuk menunjukkan bahwa "membaca" itu kunci ilmu pengetahuan dan hikmah, tetapi juga bernilai ibadah sekaligus sebagai deklarasi peradaban bagi umat manusia.
Inilah wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw yang kemudian terangkai dengan wahyu-wahyu berikutnya yang terhimpun menjadi Al-Qur'an Al-Karim. Ya Al-Qur'an Al-Karim, Bacaan Mulia.
Secara terminologi, al-Qur'an berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qur’anan yang artinya adalah bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang, dan karim berati mulia. Jadi al-Qur'an al-Karim adalah bacaan yang mulia. Karena yang dibaca merupakan bacaan mulia maka orang-orang yang membaca lalu memahami dan mengamalkan kandungan al-Qur'an juga menjadi mulia dan dimuliakan, baik dalam pandangan Allah maupun pandangan manusia.
Realitasnya, memang, di atas bumi ini tidak ada bacaan seindah dan sekaya kandungannya yang selalu dibaca berulang-ulang oleh jutaan orang, kecuali al-Qur'an. Oleh karenanya al-Qur'an terpelihara dalam hati, lisan dan perilaku berjuta-juta orang di bumi ini. Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Qs. Al-Hijr 9)
Sekali lagi al-Qur'an al-Karim itu bacaan yang mulia. Oleh karena itu yang namanya al-Qur'an sejatinya tidak cukup hanya dibeli saja, dimiliki atau dihadiahkan kepada orang lain dan/atau dipajang atau disimpan di rak-rak almari rumah kita atau di masjid-masjid. Agar sesuai dengan namanya, maka al-Qur'an harus dibaca, terus dibaca, dibaca berulang-ulang. Bahkan pembacaan atas al-Qur'an harus kreatif. Pembacaan yang aktif dan kreatif mengelaborasi internalisasi atau penghayatan lalu pengamalan ajaran yang dikandungnya dalam kehidupan praktis.
Dalam landasan teologis normatif Islam, banyak disebutkan tentang keutamaan berinteraksi dengan al-Qur'an sejak belajar membacanya dan membacanya berulang-ulang sampai pada mengamalkan isi kandungannya. Bila Al-Qur'an itu samudra, maka terdapat banyak orang yang mengagumi keasriannya, keluasannya, kedalamannya, perbendaharaannya, dan kemuliaan mutiaranya.
Tentu, tingkat relasi dan interaksi kaum muslimin muslimat berbeda-beda sesuai kemampuannya. Terdapat banyak orang yang mengagumi keasriannya, tetapi juga ada yang terus melayari dari pulau ke pulau, ada yang menyelam kedalamannya, ada yang mengambil perbendaharaan yang dikandungnya, dan yang menemukan kemuliaan mutiaranya yang masing-masing membawa kebermanfaatan bagi kehidupan.
Meskipun secara kasat mata saat membaca al-Qur'an memerlukan durasi waktu tertentu, namun justru semakin banyak saay yang diabdikan pada al-Qur'an, maka segala aktivitas hidupnya juga menjadi lebih efektif, lebih bermakna, tidak ada waktu yang terbuang percuma, dan segala utusan dimudahkan oleh Allah.
Mengapa? Di antaranya, ya karena kita telah berniaga dengan Allah. Allah berfirman yang artinya, sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. “Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Qs. Fathir 29-30).
Aisyah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Seorang yang lancar membaca al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah. Adapun yang membaca Al-Qur'an dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (Hr. Muslim).
Abu Umamah Al-Bahily ra berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bacalah al-Qur'an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).
Intesitas tidaknya seseorang menjalin relasi berinteraksi dengan al-Qur'an, sepertinya lebih dipengaruhi oleh kualitas keimanannya. Semakin tinggi kualitas keimanannya, maka akan semakin tinggi juga intensitas relasinya dengan al-Qur'an. Dari aktivitas membacanya apalagi kemudian mengamalkannya, orang-orang mukmin meyakini sepenuhnya ketika semakin intensif dalam membaca al-Qur'an, maka akan semakin menyediakan keberkahan hidup. Aamiin ya Mujibassailin
Tags:
Muhasabah Harian