Keberkahan Gladi Keindahan

Sri Suyanta Harsa 
Muhasabah 6 Syakban 1443

Keberkahan Gladi Keindahan
Saudaraku, doktrin "sesungguhnya Allah itu maha indah menyukai keindahan" sejatinya sudah dengan sangat gamblang bahwa Islam menginginkan umatnya mengukuhkan keindahan, baik penampilan dirinya, sikap perilakunya,  lingkungan alamiahnya maupun lingkungan sosial budayanya.

Apalagi secara historis manusia - dalam hal ini Adam Hawa - mulanya hanya punya pengalaman hidup dan singgah di surga yang mewah, megah, dan indah. Dan baginya tidak tersedia pengalaman hidup di neraka yang panas, bringas, dan serba tak pantas. Dengan demikian pengalaman hidup yang indah selama di surga mestinya menjadi realitas hidup sejak sekarang di dunia ini.

Ya, oleh karenanya ajaran keindahan setidaknya harus mewujud dalam lima ranah kehidupan. Pertama, keindahan penampilan diri. Setelah mengukuhkan kebersihan lahiriyah, maka Islam menuntun agar memperindah diri dalam berpenampilan dan berpakaian. Allah berpesan melalui firmanNya, yang artinya Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.(Qs. Al-A'raf 31)

Penampilan diri yang bersih, indah estetik itu ketika bersepadu dengan noma etik, makanya berdandan dan berpakaian juga mesti syar'i terutama tidak ada unsur riya, kesombongan atau berlebih-lebihan.  Dalam konteks ini hebatnya, justru ke masjid - hendak akan shalat di atas sajadh - kita diseru mengenakan pakaian yang indah, mengenakan wewangian.

Kedua, keindahan perilaku. Keindahan lahiriyah akan semakin berkah memberkahi ketika bersepadu dengan keindahan sikap dan perilakunya. Di antara indikasi perilaku indah adalah keberadaan di komunitasnya menyenangkan, membahagiakan, memberi kemanfaatan bagi diri dan sesamanya. Khairunnas, anfa'uhum linnas, sebaik-baik manusia ketika membawa kemanfaatan dan kemaslahatan bagi manusia.

Ketiga, keindahan lingkungan sekitar. Keindahan diri secara lahiriyah dan substantif pada gilirannya akan melahirkan sikap untuk menciptakan keindahan lingkungan alamiahnya. Aspek keindahan akan merefleksi pada rumah kediamannya,  lingkungannya, kantor atau tempat kerjanya dan di mana saja berada. Semua ini, tentu memengaruhi ghirah hidup dan gairah bekerja lebih baik.

Keenpat, keindahan lingkungan sosial budaya. Bila masing-masing pribadi sudah indah, maka pasti akan berkontribusi terhadap indahnya kehidupan sosial masyarakatnya. Bisa fibayangkan betapa teduh bahagianya ketika relasi dan interaksi sosial berlangsung saling asih asah dan asuh satu dengan lainnya.

Kelima, keindahan relasi vertikal. Di atas segalanya, kita sebagai orang beriman tentu harus terus menjalin relasi dan interaksi vertikal dengan Allah ta'ala. Bahkan tuntunannya justru harus berproses  memperindahnya dengan intensitas dan kualitas yang semakin baik. 

Allahu a'lam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama