Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 29 Rajab 1443
Keberkahan Dishalatkan
Saudaraku, karena sudah relatif tuntas bahasan muhasabah tentang shalat dan pengamalan yang lazim dilakukan oleh setiap insan beriman baik shalat fardhu maupun sunah, maka dipastikan akan merasa bahagia yang bertambah-tambah suatu saat kelak ketika ajal sudah sampai janjinya jenazahnya dapat dishalatkan, apalagi dilakukan oleh sekian banyak orang dari keluarga tercinta, saudara, handai tolan dan karib kerabat yang terjalin relasi selama hidupnya serta yang selainnya. Inilah yang melatari tema muhasabah di ujung-ujung bulan Rajab hari ini sehingga diracik di bawah judul keberkahan dishalatkan.
Mengapa merasa bahagia bila jenazahnya dishalatkan nantinya? Ya, di antaranya pertama dishalatkan itu menjadi indikator paling penting keislamannya. Bahwa dirinya adalah seorang hambaNya yang mampu merengkuh iman dan Islam dari sejak membuka mata di dunia ini hingga menutup mata saat berpulang ke haribaan Ilahi. Bukankah Allah juga sudah mewanti-wanti melalui
Qur'an surat Ali ‘Imran Ayat 102
ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ٱتَّÙ‚ُوا۟ ٱللَّÙ‡َ ØَÙ‚َّ تُÙ‚َاتِÙ‡ِÛ¦ ÙˆَÙ„َا تَÙ…ُوتُÙ†َّ Ø¥ِÙ„َّا ÙˆَØ£َنتُÙ… Ù…ُّسْÙ„ِÙ…ُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu meninggal melainkan dalam keadaan beragama Islam (Qs. Ali Imran 102).
Tentu tidak mudah mampu mempertahankan keislaman dan keimanannya pada Allah bila tidak diupayakannya dengan sungguh-sungguh jihad-ijtihad-mujahadah di bawah ridha dan hidayah Allah semata. Semoga kita bisa.
Kedua, secara sosiologis jenazahnya dishalatkan juga menunjukkan indikasi bahwa dirinya adalah orang baik dan memiliki relasi yang baik dan punya keterikatan dengan sosial masyarakatnya. Dengan kebaikan relasinya dan amal shalihnya, maka tidak ada yang sia-sia. Keluarga dan handai tolan karib kerabat akan merasa kehilangan dengan kepergiannya, sehingga akan memberikan penghormatan terbaik di akhir hidupnya di dunia ini.
Ketiga, jenazahnya dishalatkan oleh banyak orang karena biasanya selama hidupnya juga ringan turut menshalatkan sesamanya yang berpulang ke haribaanNya. Artinya, jangan harap jenazahnya akan dishalatkan oleh banyak orang bagi seseorang yang selama hidupnya di dunia ini juga tidak pernah atau berat menshalatkan jenazah orang lain. Apalagi orang yang hidupnya tidak pernah shalat di belakang imam, atau bahkan tak shalat sama sekali. Makanya ada nasihat sering-seringlah shalat di belakang imam agar suatu saat dishalatkan dengan menempatkannya di depan imam.
Inilah ibrahnya! orang baik itu selalu dirindukan oleh jamannya, ditangisi keoergiannya, apalagi untuk selama lamanya. Sebagai ekspresi kehilangannya bisa merefleksi pada ucapan bela sungkawa, melayat ke kediamannya, menshalatkan jenazahnya, sampai menghadiri pemakamannya.
Keempat, jenazahnya dishalatkan agar memperoleh pengampunan dari Allah. Tujuan utama penyelenggaraan shalat jenazah adalah mendoakannya agar husnul khatimah, memperoleh pengampunan dari Allah atas segala dosa dan diselamatkan dari siksa kubur apalagi neraka dan dimasukkan ke surga.
Dari kesekian banyak pelayat dan yang turut menshalatkan jenazahnya, mungkin ada di antaranya terdapat doa seseorang yang dikabulkan oleh Allah niscaya sudah memadahi, apalagi semuanya doa dari para peserta takziah diijabah. Masyaallah! Nah apakah ada keberkahan melebihi semua ini. Semoga semua kita meraihnya.
Kelima, menjadi pelipur lara. Ungkapan bela sungkawa, melayat ke rumah duka dan terutama menshalatkan jenazahnya juga bisa menjadi pelipur lara yang menghibur bagi keluarga yang ditinggalkannya. Hiburan ini begitu nyata dan amat terasa bagi keluarga yang ditinggalkan salah seorang anggotanya ke haribaan Allah ta'ala. Dengan banyaknya ungkapan bela sungkawa di mass media, para pelayat yang datang, bershaf-shafnya orang yang menshalat jenazah keluarganya yang meninggal menjadi pelipur lara dan dapat mengurangi kesedihan yang dialami. Bukankah ini tujuan utama dari takziyah?
Coba bayangkan bila ada seseorang yang meninggal dunia, lalu sedikit sekali orang yang datang melayat, juga yang menyelenggarakan jenazahnya, terutama yang menshalatkannya! Bagaimana perasaan keluarga yang masih hidup? Sedihnya menjadi jamak. Sudah sedih ditinggal pergi oleh anggota keluargannya untuk selama-lamanya, ditambah lagi sedih ditinggalkan oleh handai tolan dan masyarakat sekitarnya.
Itulah makanya ucapan bela sungkawa di facebook, wa, sms, twiter, instagram itu perlu, tapi hadir bertakziah ke rumah duka lebih perlu, apalagi turut dalam penyelenggaraan jenazahnya (memandikan, mengkafankan, menshalatkan dan mengebumikan).
Inilah... inilah .. . Inilah yang diwanti-wanti oleh Nabi "cukup lah kematian itu menjadi ibrah yang nyata".
Semoga
Tags:
Muhasabah Harian