Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Rajab 1443
Keberkahan Shalat Istisqa
Saudaraku, Allah melalui Rasulullah menuntun kita umatnya agar merengkuh Islam secara kaffah, sehingga dengannya benar-benar mengantarkan kita kepada tujuan yakni kebahagiaan (baca surga), baik di dunia maupun di akhirat.
Untuk merealisasikan kebahagiaan (baca surga), Islam juga menyediakan jalan penyelesaian atas segala masalah yang dihadapi oleh manusia dan kemanusiaan. Dengan tuntunan shalat, misalnya, Allah menyediakan ragam keberkahan, baik berupa kesehatan, keindahan, kedamaian, muraqabah, ihsan, ma’iyatullah, dan kemenangan/keberuntungan, tetapi juga jalan penyelesaian masalah bagi orang-orang yang istiqamah merengkuhnya. Ya shalat menjadi solusi atas problema yang dialami oleh hamba-hambaNya.
Dalam hidup, ketika diuji dengan masalah menjadi lumrah. Begitulah ketentuanNya hingga akhir masa. Karena ujian datangnya dari Allah, maka kunci jawabannya juga dari Allah agar tepat, cepat dan maslahat penyelesaiannya. Di antara kunci jawaban atas segala ujian adalah shalat. Jadi shalat sejatinya cara mengatasi masalah tanpa masalah. Melalui shalat yang khusyuk, kita bermunajat; dan dengan shalat, kita selamat dunia akhirat.
Di saat hati susah, gundah, gelisah karena ragam masalah, kita bisa menegakkan shalat baik yang wajib maupun sunah untuk bersimpuh mengadu dengan khusyuk, curhat dan memohon penyelesaiannya pada Allah satu-satunya zat yang membolak balikkan hati manusia dari sedih menjadi senang, dari gundah menjadi tenang, dari sulit menjadi mudah, dari gelap menjadi terang. Kekhusyukan saat shalat meluber menjadi energi positif yang melahirkan keseriusan, kesiapan dan keridhaan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Di saat sulit menentukan pilihan yang rumit atas keputusan mendesak yang mesti diambil, maka shalat istikharah solusinya. Di saat berharap limpahan karuniaNya, kita tegakkan shalat fajar. Di saat merasa rezeki kita masih jauh atau masih di langit atau di dalam bumi, kita tunaikan shalat dhuha sehingga rezeki menjadi dekat dan berkat. Bila kita memiliki cita-cita tertentu sebagai hajat besar, maka kita bisa menegakkan shalat hajat, sehingga dipermudah jalannya oleh Allah. Begitu juga bila lama tidak turun hujan dan di mana-mana kering kerontang kita biasa shalat istisqa’.
Ya, shalat istisqa sebagai shalat sunah yang dikerjakan saat memohon kepada Allah agar menurunkan hujan lantaran musim kering atau kemarau yang berkepanjangan. Inilah di antara ikhtiar untuk menjemput karuniaNya.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra (dilaporkan bahwa) ia berkata: Orang-orang telah mengeluh kepada Nabi saw tentang terhentinya hujan, lalu beliau menyuruh mengambil mimbar. Maka, orang-orang pun menaruhnya di lapangan tempat shalat, dan beliau menjanjikan hendak mengajak mereka pada suatu hari ke tempat itu.
‘Aisyah melanjutkan: Rasulullah saw lalu berangkat pada waktu telah nyata sinar matahari, lalu ia duduk di atas mimbar, lalu membaca takbir dan memuji Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, kemudian beliau mengatakan: Kamu telah mengeluhkan kegersangan negerimu dan tertangguhnya hujan dari waktunya. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kamu supaya bermohon kepada-Nya dan menjanjikan akan memperkenankan permohonanmu itu. Kemudian beliau berdoa: Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang menguasai hari pembalasan. Tiada Tuhan selain Allah, yang melaksanakan apa yang Dia kehendaki.
Ya Allah, Engkaulah Allah yang tiada Tuhan selain Engkau, Yang Maha Kaya, sementara kami adalah miskin, turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan itu kekuatan dan bekal bagi kami untuk waktu yang lama. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan terus mengangkatnya, sehingga kelihatan ketiaknya yang putih. Kemudian ia membelakangi orang banyak dan membalikkan pakaian atasnya sambil terus mengangkat kedua tangannya, kemudian ia menghadap kembali kepada orang banyak dan turun dari mimbar lalu shalat dua rakaat.” (HR. Abu Daud, No. 1173)
Dari Abbad Ibn Tamim, dari pamannya (yaitu Abdullah Ibn Zaid) yang mengatakan: “Saya melihat Nabi saw pada hari ia keluar minta hujan, beliau membelakangi orang banyak dan menghadap ke Kiblat sambil berdoa, kemudian membalik pakaian atasnya, kemudian shalat mengimami kami dua rakaat, dengan menyaringkan bacaan dalam keduanya.” (HR. al-Bukhari, dan diriwayatkan juga oleh Abu Daud, an-Nasa’i dan Ahmad)
Dari Abu Hurairah ra (dilaporkan), bahwa dia berkata: Nabi saw pada suatu hari keluar untuk melakukan istisqa’, lalu ia shalat mengimami kami dua rakaat tanpa azan dan tanpa iqamat. Kemudian ia berkhutbah dan berdoa kepada Allah, seraya menghadapkan mukanya ke arah Kiblat, sambil mengangkat kedua tangannya, kemudian memutar jubabnya, sehingga ujung kanannya berada di sebelah kiri dan ujung kirinya berada di sebelah kanan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Ketika shalat istisqa' telah dikerjakan, doa telah dipanjatkan sebagai ranahnya hamba, maka dengan kemahamurahanNya, Allah pasti menyambut doa hamba-hambaNya dan "malu" tidak segera mengabulkannya. Inilah keberkahan dari langit setelah sebelumnya disediakan keberkahan di atas bumi. Aamiin ya Rabb
Tags:
Muhasabah Harian