Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 26 Dzulhijjah 1442
Doa agar Tetap dalam Hidayah
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih berusaha mengambil ibrah dari doa atau permohonan yang disuriteladankan oleh para rasul dan orang-orang beriman yang diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an. Kali ini tentang permohonan yang dipanjatkan oleh orang-orang beriman agar tetap dalam hidayah. Allah mengabadikan dalam al-Qur’an, artinya (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Qs. Ali Imran 8)
Kita menyadari bahwa hati setiap diri kita sebagai manusia berpotensi bolak balik, ya bisa senang tapi sesekali juga susah, merasa tentram tapi juga tidak sepi dari gelisah, bersikap secara mantap tapi kadang juga ragu. Semua ini bersesuaian dengan apapun yang diikhtiarkan dan ditetapkan Allah secara sunatullah pada masing-masing orang. Oleh karenanya, sebagai hamba-hambaNya yang dhaif di bentangan luas kasih sayangNya, kita harus terus memohon hidayah agar hati kita tetap condong pada kebenaran, dan dianugrahi kemampuan untuk mengamalkan kebenaran dalam kehidupam sehari-hari. Hidayah inilah yang kita sebut sebagai rahmat terbesar dalam hidup ini. Mengapa? Ya, di antaranya karena dengan hidayah hidup kita bisa terarah, sehingga mudah melangkah dalam rangka meraih berkah, baik untuk urusan duniawiyah maupun apalagi ukhrawiyah.
Kita berdoa memohon kepada Allah Al-Haadiy agar menunjuki kita hamba-hambaNya kepada jalan yang benar, jalan yang lurusdan jalan yang membahagiakan. Karena hanya Allah lah zat yang maha pemberi hidayah kepada sesiapapun yang dikehendakiNya. Dalam Al-Qur'an Allah Swt. berfirman, yang artinya “Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (Qs. Al Furqan 31)
Di tempat lain Allah juga berfirman yang maknanya, Musa berkata: “Tuhan Kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (QS. Thahaa 50)
Barangsiapa yang diberi hidayah atau petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf 178). Dan “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya” (Qs. al-Kahf 17).
Untuk memperkuat permohonan kita, dan sebagai langkah konkret, kita juga memohon melalui shalat yang kita lakukan, minimal 17 kali dalam sehari semalam kita memohon petunjuk dari Allah. Petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang memperoleh kebahagiaan, bukan jalannya orang-orang yang memperoleh kemurkaan Allah dan bukan pula jalannya orang-orang yang mendapat laknat dari Allah.
Di samping itu, tentu saja hati, akal pikiran dan perbuatan keseharian kita juga harus sinkron dengan permohonan yang sudah kita panjatkan kepada Allah dengan memantaskan diri menjadi layak ditunjukki, layak memperoleh hidayah. Langkah konkretnya, kita harus berusaha berniat, berpikir dan bersikap untuk menggapai ridha Allah. Allahu a'lam
Tags:
Muhasabah Harian