Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 24 Dzulhijjah 1442
Doa agar Keluarga Kita Qurrata Akyun
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih berusaha mengambil ibrah dari doa atau permohonan yang disuriteladankan oleh para rasul dan orang-orang shalih yang diabadikan oleh Allah dalam al-Qur’an. Tema muhasabah hari ini tentang doa atau permohonan yang sampaikan oleh 'ibadurrahman, hamba-hambaNya yang beriman juga beramal shalih agar kita berusaha dan berdoa menjadi keluarga yang qurrata akyun. Allah berfirman yang artinya Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai qurrata akyun (penyenang hati kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Furqan 74)
Doa atau permohonan di atas lazim disampaikan oleh hamba-hambaNya yang ‘ibadurrahman, hamba-hambaNya yang taat beribadah mengabdi pada Allah ta'ala. “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami yang menjadi pendamping kami dalam melaksanakan kehidupan ini dan anugrahkanlah juga kepada keturunan kami yang akan melanjutkan kehidupan diri kami sebagai penyenang hati kami, karena perbuatan mulia mereka, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin dan panutan bagi orang-orang lain yang bertakwa.
Betapa indahnya seorang suami di keheningan malam dan atau di saat-saat mustajabah berdoa agar istrinya menjadi "qurrata akyun", penyejuk mata baginya. Demikian juga sebaliknya seorang istri ketika mengamini doa suaminya usai berjamaah shalat, ya Allah semoga suamiku menjadi "qurrata akyun", penyejuk mata bagiku, bagi anak-anakku. Dan anak-anaknyapun demikian juga semoga menjadi qurrata akyun, saat mengamini doa ayahandanya usai shalat berjamaah. Dan ditutup permohonan umum, siapapun boleh menghajatkannya, ya Allah jadikanlah kami menjadi pemimpin bagi orang-orang lain yang bertakwa.”
Qurrata akyun adalah sifat dan atau keadaan yang melekat pada pasangan (istri atau suami) kita dan ada pada anak-anak kita; dimana mereka adalah orang-orang tercinta menjadi penyejuk pandangan mata lantaran ketaatanNya pada Allah sekaligus karena kesehatan kecantikan, ketampanan, kecerdasan dan ketrampilan yang dianugrahkan kepadanya. Dalam hal ini, setidaknya terdapat tiga hal yang kita pinta.
Pertama, pasangan yang qurrata akyun. Secara lahiriyah, pasangan yang qurrata akyun adalah istri atau suami yang memikat hati persis seperti dulu saat jumpa pertama yang karenanya kita meminang atau menerima lamarannya. Meskipun kini, setelah belangsung sekian dasawarsa usia pernikahan kita, pasangan (istri atau suami) kita terlihat tidak secantik atau setampan atau seserasi dulu maka sadarlah bahwa kita sendiri juga sudah tidak setampan atau secantik dulu; wajah sudah tidak simetris lagi, uban sudah bertabur, pandangan kian lamur, pendengaran semakin kabur, jalannyapun sudah terhuyur-huyur dan ngomongnya bisa jadi sering ngelantur, alamat kubur pun kian menyebabkan kita harus bertafakkur.
Nah, idealnya, justru karena semakin lama kita bersamanya membangun rumah tangga, maka pasangan kita harus lebih memikat hati karena ketaatannya pada Allah dan kesetiaannya kepada kita dan kepada anak-anak kita, juga kepada keluarga kita. Jangankan ada WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain), pandangan matanyapun sudah sangat terjaga, apalagi sering puasa dan banyak ibadahnya. Di sinilah yang membuat pasangannya senang, tenang dan selalu merasa damai bersamanya. Bukti mawaddah wa rahmah, cinta dan kasihsayang yang sudah terpintal kuat pada keduanya menjadi nyata.
Kedua, anak-anak yang qurrata akyun. Begitu juga halnya dengan permohonan agar anak-anaknya menjadi qurrata akyun. Secara lahiriyah, wurrata akyun mewujud pada anak-anak kita normal, rupawan, sehat, pintar, trampil dan hartawan, tetapi juga yang lebih penting lagi secara substansif anak-anak qurrata akyun adalah anak-anak kita taat pada Allah juga rasulNya dan berbakti pada orangtua.
Ketiga, menjadi imam bagi orang-orang takwa. Permohonan ini mengandung maksud, di antaranya agar kita dianugrahi kekuatan oleh Allah untuk menjadi "imam" atau patron kebaikan, pelopor kedisiplinan dan panutan keselamatan, pemimpin ke arah ketaatan bersama orang-orang takwa lainnya. Untuk bisa seperti ini, kita juga memohon agar dianugrahi kekuatan mengikuti para imam, para salafus shalih, pada Rasulullah dan pada titah Allah ta'ala.
Bila ketiga permohonan itu menjadi nyata, maka keluarga kita benar-benar seperti disabdakan oleh Rasulullah saw bahwa baiti jannati, rumah (tangga, keluarga)ku surgaku dan surga bagi istri/suami, anak dan keluargaku. Matan hadits Nabi ini benar-benar luar biasa untuk menjustifikasi bahwa surga dunia itu nyata, dan kebahagiaannya akan disempurnakan di akhirat kelak.
Sudah banyak dirasakan, bagaimana indahnya berkasih sayang, cinta kasih yang saling asah asih dan asuh antar anggota keluarga. Suami sangat mencintai istrinya, begitu juga istri sangat menghargai suaminya. Ayah dan ibu begitu menyayangi putra putrinya. Seluruh personel dalam keluarga batih sibuk menyibukkan mengemban peran masing-masing saling melengkapi menyempurnakan biduk keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Tidak ada ucapan serapah apalagi ujaran kebencian antar anggota keluarga. Benar-benar "surga" di dunia.
Nah, bila di dunia sudah hidup mengusahakan surga dan mewariskan surga bagi putra putrinya, maka suatu saat nanti ketika dipanggil untuk menghadap ilahi rabbiy, maka kepulangannya juga husnul khatimah dan memperoleh kesempurnaan surga yang kekal abadi di akhirat kelak.
Di sana, akan bertemu dan berkumpul dengan keluarga yang telah mendahului dipanggil wafat menghadap Allah ta'ala. Inilah yang digambarkan oleh Allah dalam ajaranNya, dimana orang-orang yang baik akan ditempatkan.di surga dengan memperoleh kenikmatan apa saja secara sempurna. Allah berfirman yang artinya, Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (Qs. Al-Ra'du 19-24)
Tags:
Muhasabah Harian