Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 10 Dzulhijjah 1442
Edisi Eid Adha
Saudaraku, pragmen kehidupan Nabi Ibrahim as - berikut keluarganya - memang luar biasa, sehingga pantas Ibrahim digelari sebagai khalilullah, teman atau kekasih Allah dan sebagai salah seorang rasul ulul azmi bersama empat rasul lainnya yakni Nabi Nuh as, Nabi Musa as, Nabi Isa as, dan Nabi Muhammad saw.
Nabi Ibrahim adalah pribadi yang luar biasa. Meski lahir dan hidup di masyarakat pagan penyembah berhala bahkan ayahandanya sendiri seorang pembuat berhala, namun Ibrahim memperoleh hidayah, sehingga menjadi muslim yang tangguh, bahkan diangkat menjadi rasul. Saat dikejar, ditangkap dan dibakar hidup-hidup oleh kobaran api Raja Namrud, maka Ibahim diselamatkan oleh Allah, bahkan tanpa sehelai rambutpun yang terbakar.
Setelah berkeluarga, ketika Ibrahim berdoa “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. (Qs. Al-Shaffat 100), maka Allah dengan kemahamurahanNya justru mengaruniainya dua orang anak shalih dalam masa yang tidak berjauhan, yaitu Nabi Ismail dari perkawinannya dengan Siti Hajar dan dari silsilah ini nantinya lahir Nabi Muhammad saw. Dan anak satu lagi yakni Nabi Ishak buah perkawinannya dengan istrinya pertama Sarah dan dari garis keturunannya nanti tampil Nabi Musa as dan Nabi Isa.
Saat Nabi Ibrahim berdoa, Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian (Qs. Al-Baqarah 125), maka benar kiranya Allah mengabulkan, Makkah kemudian menjadi kota yang diberkati; di samping aman sentosa juga menyediakan kesejahteraan bagi penduduknya.
Kenikmatan yang Allah karuniakan kepada Ibrahim dan keluarganya sungguh luar biasa. Demikian juga keistikamahannya dalam taat pada Allah benar-benar melegenda. Hal ini apalagi setelah kemudian Nabi Ibrahim dan keluarganya diuji dengan pengurbaban agung. Dalam hal ini Allah berfirman yang artinya, Maka ketika putranya itu (Ismail) sampai (ke peringkat umur yang membolehkan dia) berusaha bersama-sama dengannya, Nabi Ibrahim berkata: "Wahai putra kesayanganku! Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu; makanya pikirkanlah bagaimana pendapatmu?" Ismail putranya menjawab: "Wahai ayah, penuhilah apa yang diperintahkan Allah kepadamu; insya Allah, ayah akan mendapatiku sebagai di antara orang-orang yang sabar" Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (Qs. al-Shaffat 102-111)
Ketaatan Nabi Ibrahim dan kepasrahan Ismail untuk melaksanakan perintah Allah yang dengan jelas tersurat dalam nash di atas tidak sia-sia, karena kemudian Allah menganugrahkan seekor kibas sembelihan sebagai ganti putranya yakni Ismail. Inilah kisah teladan yang begitu mensejarah dalam ingatan keimanan manusia sepanjang masa.
Dan juga terdapat riwayat bahwa takbiran yang disunatkan dibaca okeh unat Islam berulang-ulang saat Idul Adha dan juga Idul Fitri, berawal dari rasa syukur yang teramat besar atas kemenangan saat pengubanan agung Nabi Ibrahim. Atas ketaatan Nabi Ibrahim as, lalu Allah mengirim malaikat seraya bertakbir Allahu akbar Allahu akbar, dan Nabi Ibrahim pun menyahuti dengan mengucapkan laa ilaha ilallahu Allahu akbar, lalu Ismail berseru Allahu akbar walillahilhamdu.
Nah sampai di sini, perlu disadari bahwa Allah benar-benar telah memberikan nikmat yang tak terkira kepada manusia, apalagi kita hamba-hambaNya. Hal ini Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. (QS. Al Kautsar 1-3)
Berdasarkan normativitas yang terjemahannya tertera di atas, di antaranya dapat dipahami bahwa Allah telah memberi nikmat yang banyak kepada kita; ya banyak jenisnya dan ya melimpah keberkahannya, luasnya seperti telaga Al-Kautsar yang ada di surga. Di antara nikmat itu adalah dikaruniai anak keturunan yang banyak.
Oleh Allah, manusia tidak diminta untuk menghitung nikmat yang diterima, karena pasti tidak bisa melakukannya. Dan kita sebagai manusia juga tidak diminta untuk membelinya, karena pasti tidak bisa membayarnya. Kita juga tidak diminta untuk mengembalikannya, karena tak akan sanggup melakukannya. Kita hanya dituntun untuk mensyukurinya. Ya mensyukurinya. Di antara langkah konkret mensyukuri nikmat Allah adalah dengan mendirikan shalat secara ikhlas; dan berkurban.
Dan di ujung ayat dari surat al-Kautsar dapat dipahami bahwa orang-orang yang membenci Nabi atau membenci umat Islam atau abai terhadap shalat, abai terhadap ajaran berkurban adalah abtar atau terputus. Ya terputus dari kebajikan, dan terputus tidak akan bisa meminum air dari surga al-Kautsar.
Semoga kita istikamah mendirikan shalat dan manpu berkurban. Aamiin ya Rabb