Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3684 Serial Hijrah
Sabtu, 23 Muharam 1447
Bahagia Menjadi Agen Perubahan
Saudaraku, dalam sejarahnya, manusia hidup di dunia ini amat dinamik. Setiap zaman melahirkan tantangan sekaligus memvasilitasi perjuangan. Setiap generasi dihadapkan pada tantangan zamannya masing-masing sebagai ujian. Satu hal yang layak diingat dalam sejarah bahwa perubahan besar seringkali bermula dari pribadi-pribadi kecil. Tetapi yang berani berpikir besar, berani melangkah dengan gagah, dan berani berbeda demi kebaikan.
Tentu akan berbahagia rasanya, ketika diri kita menjadi bagian dari agen perubahan ke arah yang lebih baik itu. Bukan perubahan yang liar tanpa arah, melainkan perubahan yang terarah menuju pada kemuliaan dan peradaban yang adi luhung.
Meski demikian, menjadi agen perubahan tidak berarti harus bermodal menjadi tokoh besar, tapi sudah cukup memadahi dengan menjadi teladan dalam kebaikan yang istikamah. Mampu shalat secara istikamah, baik yang sunat - seperti shalat rawatib, shalat tahajud dan dhuha - maupun apalagi yang fardhu; berpuasa Ramadhan dan berpuasa sunat secara istikamah; berbagi secara konsisten. Berdzikir secara istikamah misalnya setiap bakda shalat fardhu, disiplin masuk dan pulang kantor secara istikamah, tertib berlalu lintas secara istikamah, membaca dan atau menulis secara istikamah dan seterusnya.
Tentu, juga menjadi ayah yang memimpin keluarga kepada kebaikan, menjadi ayah yang jujur, bertanggungjawab, mengayomi dan bijaksana, menjadi ibu yang sabar dan cerdas mengasuh dan mendidik anak-anak, menjadi guru yang menginspirasi murid-muridnya, menjadi dosen yang bisa diteladani oleh mahasiswanya yang semangat mencari ilmu,
menjadi tetangga yang ramah dan ringan berbagi kemaslahatan. Inilah hijrah, inilah jalan perubahan yang bisa dimulai dari diri, dari rumah, dari hari ini.
Memang, terkadang perubahan itu sunyi,
tidak ramai dipuji, tidak ditulis media, namun di langit, langkah kecil kita mungkin dicatat sebagai revolusi, sebagai "sunah hasanah". Perubahan yang kita mulai dari abai menjadi peduli, dari malas menjadi rajin, dari boros menjadi hemat, dari lalai menjadi taat, dari keras menjadi lembut, dari sporadis menjadi istikamah, itulah jihad pribadi yang mungkin memvasilitasi bagi orang lain mengubah "takdir"nya. Kita renungkan firman Allah Ta‘ala: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra’d: 11)
Jadi, perubahan tidak turun dari langit begitu saja. Ia harus dijemput. Ia harus diikhtiari ditirakati dan diperjuangkan semaksinal kemampuan yang dimiliki. Betapa bahagia, bila kita menjadi bagian dari jalannya, kita menjadi agen perubahan itu.
Tetapi tentu, berbahagia menjadi jalan dan agen perubahan seperti ilustrasi ini., di sana menebar harapan di tengah keputusasaan, menghidupkan semangat di tengah kelesuan, dan menunjukkan jalan di tengah kebuntuan. Kita tak harus sempurna, cukup bertekad kuat untuk terus lebih baik dan terus menjafi teladan. Sungguh, di sinilah letak kebahagiaan: Ketika hidup kita memberi makna. Ketika kehadiran kita menggerakkan kebaikan. Aamiin
Tags:
Muhasabah Harian Ke-3684