Shalat Mencegah Boros

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3531
Sabtu  16 Syakban 1446 
 
Shalat Mencegah Boros
Saudaraku, di samping mencegah fitnah memfitnah, kedzaliman, kesombongan, dusta, khianat, iri dengki, riya, malas, frustasi dan tamak, energi shalat seyogyanya juga mampu mencegah perilaku boros bagi para pelakunya. Karena boros termasuk ke dalam perbuatan keji dan mungkar (baca setidaknya merupakan sikap atau perbuatan yang bertentangan dengan norma dan akhlak Islam). Dan idealitasnya shalat mampu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar ini.

Boros itu membelanjakan sumber daya dan harta secara berlebihan alias tidak wajar atau melampaui batas kelaziman yang sudah terjaga. Tentu, Islam yang menekankan kesederhanaan, kedisiplinan dan rasa syukur melarang umatnya berlaku boros. Semua nilai kebaikan ini secara substantif terkandung dalam shalat.

Nah, bagaimana shalat dapat mencegah perilaku boros? Ya, bahkan sejak akan shalat saat melakukan sesuci thaharah, berwudhuk atau mandi, kita sudah dituntun untuk bijak menggunakan air, dengan secukupnya saja dan menjauhi pemborosan, meski di sungai atau di danau sekalipun. Ya, pemboros itu saudaranya setan, boros itu tidak disukai Tuhan.

Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara setan, dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (Qs. Al-Isra' 27) normativitas ini menunjukkan bahwa pemborosan (tabdzir) bukan hanya sekadar sikap negatif, tetapi juga merupakan karakteristik setan. Setan mengajarkan manusia untuk hidup berlebihan, menghambur-hamburkan sumber daya danharta, dan tidak mempertimbangkan manfaat atau kebutuhan sesungguhnya.

Di ayat lain larangan boros dalam makan minum, Allah berfirman yang artinya Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (Qs. Al-A'raf 31) Normativitas ini mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan, termasuk dalam hal konsumsi makanan dan minuman. Boros bukan hanya dalam harta, tetapi juga dalam semua aspek kehidupan, termasuk gaya hidup. Dan shalat menjadi di antara solusinya. Karena dalam kaifiyatnya, bukankah shalat mengajarkan kesederhanaan, disiplin, keseimbangan dan rasa syukur?

Dalam seluruh kaifiyatnya, baik gerakan anggota badan maupun bacaan yang harus dilafalkan seyogyanya dilakukan secara wajar saja, bersahaja, tidak dengan gerakan atau gaya berlebih-lebihan, tidak dengan ucapan yang memaksa atau berteriak. Intinya shalat musti ditunaikan dengan indah; pas proporsional dan bersahaja gerakan, ucapanya maupun durasinya.

Di samping itu dengan titah shalat, Allah tidak bermaksud membebani hamba-hambaNya, tetapi justru menyayangi, mengasihi, merahmatinya dan membahagiakannya. Oleh karena itu membangun kesadaran sangat penting seraya terus melatih kedisiplinan dan keistikamahan agar shalat menjadi bagian terpenting dari kehidupan kita. Dengan ini, shalat bukan sebagai keterpaksaan, tetapi kebutuhan atau bahkan kelezatan. Oleh karena itu orang-orang yang mendirikan shalat dengan khusyuk cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan hartanya. Mereka memahami bahwa harta adalah titipan yang harus digunakan dengan bijak, bukan untuk dihambur-hamburkan.

Di samping itu, shalat juga memvasilitasi lahirnya pengendalian diri, termasuk dalam membelanjakan harta dan sumber daya yang dimilikinya.  Orang yang menjaga shalatnya cenderung lebih mampu menahan diri dari gaya hidup boros dan konsumtif. Dan dengan shalat, seseorang lebih fokus pada tujuan hidup yang lebih besar, yaitu kebahagiaan di akhirat. Ini membuatnya lebih bijak dalam mengelola harta dan tidak menghabiskannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Semoga

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama