Muhasabah Ayyamul Bidh ke-1, 13 Rabiul Akhir 1444
Cinta Dunia
Saudaraku, akumulasi dari kesenangan duniawi akan mengerucut menjadi hubbuddunia (cinta dunia). Inilah latar mengapa tema muhasabah hari ini diracik di bawah judul cinta dunia. Ya cinta dunia itu mengakomodasi perasaan dan perilaku seseorang yang menyukai bahkan mengorbankan segala yang dimilikinya demi mendapatkan kesenangan dunia, baik berupa harta, wanita/pria/keluarga, atau tahta maupun kesenangan duniawi lainnya.
Nah bagaimana Islam menuntun umatnya agar tidak kebablasan dalam mencintai dunia? Atau "cintanya" terhadap dunia agar bisa menjadi ladang amal sehingga bisa memaksimalkan pengabdian pada Allah, meraih bahagia baik di dunia dan di akhirat?. Ya, saling ingat dan saling berwasiat terhadap ketakwaan dan kesabaran menjadi penting.
Islam menuntun umatnya secara proporsional. Betapa besar cinta kasih Allah kepada hamba-hambaNya. Dan saking cintaNya, maka Allah tetapkan keindahan di dunia ini bagi manusia. Allah berfirman yang artinya Dijadikan indah dalam pandangan manusia, kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik” (Qs. Ali Imran 14).
Nah, kita semakin sadar bahwa selama akhir-akhir ini halaqah muhasabah telah mengingatkan pada kecintaan terhadap semua ragam perhiasan dunia; ya keluarga, ya harta dan ya tahta dan seluruh kesenangan di atasnya. Ini semua terhimpun dalam cinta dunia.
Tentu, dalam batas-batas syar'i kecintaan terhadap dunia dapat dipahami, karena ia bagian dari sunatullahNya. Tetapi bila kebablasan, maka bisa-bisa menjadi nestapa yang justru merugikan manusia. Imam Al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab Al-Iman meriwayatkan hadis berbunyi:
Øُبُّ الدُّÙ†ْÙŠَا رَØ£ْسُ ÙƒُÙ„ِّ Ø®َØ·ِيئَØ©ٍ
Hubbud dunya atau cinta dunia adalah pangkal semua kesalahan. Mengapa? Ya, karena cinta dunia dapat membutakan hati dan memengaruhi seseorang melakukan maksiat, berbuat dosa, lupa diri diri juga lupa Rabbnya. Imam Ali bin Abi Thalib dalam Nahj al-Balaghah menyebutkan:
Ù…َÙ†ْ Ù„َÙ‡ِجَ Ù‚َÙ„ْبُÙ‡ُ بِØُبِّ الدُّÙ†ْÙŠَا الْتَاطَ Ù‚َÙ„ْبُÙ‡ُ Ù…ِÙ†ْÙ‡َا بِØ«َÙ„َاثٍ Ù‡َÙ…ٍّ Ù„َا ÙŠُغِبُّÙ‡ُ Ùˆَ Øِرْصٍ Ù„َا ÙŠَتْرُÙƒُÙ‡ُ Ùˆَ Ø£َÙ…َÙ„ٍ Ù„َا ÙŠُدْرِÙƒُÙ‡ُ
“Tiadalah cinta dunia itu menguasai hati seseorang, kecuali dia akan diuji dengan tiga hal, yakni keinginan tak berujung, kemiskinan yang tak akan mencapai kecukupan, dan kesibukan yang tidak lepas dari kelelahan.”
Setidaknya cinta dunia menyebabkan pertama, pemenuhan keinginan yang tak ada puasnya. Seperti saat harus meniumum es atsu air laut, maka terus akan merasa kehausan. Begitu seterusnya ingin dan ingin sampai di akhir hidupnya di dunia yang tak pernah merasa puas.
Kedua, merasa miskin selamanya. Ya perasaan kurang, kurang dan kurang. Bujankah ini indikator miskin?. Seberapapun banyaknya harta, tingginya tahta dan melimpahnya kesenangan duniawi lainnya tetapi tetap kurang, kuran dan nggrangsang.
Ketiga, kesibukan yang melelahkan. Orang-orang yang hubbud dunya akan disibukkan dengan berburu kesenangan duniawi yang tak akan pernah terpuaskan sampai tak berdaya sekalipun.
Gambaran seperti itulah yang dikhawatirkan oleh Nabi suatu saat sepebinggal beliau. Dari Tsauban, ia berkata bahwa telah bersabda Rasulullah saw: “Hampir saja bangsa-bangsa memangsa kalian sebagaimana orang lapar menghadapi meja penuh hidangan.” Seseorang bertanya “apa saat itu kita sedikit?” jawab beliau “bahkan saat itu kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih di laut. Allah akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Allah sungguh akan mencampakkan penyakit wahn dalam hatimu.” Seseorang bertanya “Ya Rasulullah ap aitu wahn?” beliau menjawab “cinta dunia dan takut mati” (HR. Abu Daud no. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al-Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
Mustinya dunia yang sebagai mazra'ah atau sawah ladangnya akhirat. Kecintaan terhadap dunia ya untuk menyempurnakan amanah kekhalifahan dan pengabdian kepada Allah taala. Semoga. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian