Muhasabah 7 Rabiul Akhir 1444
Cinta Baca
Saudaraku, di samping secara intuitif, manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan melalui aktivitas membaca. Inilah mengapa aktivitas membaca menjadi sangat penting. Bahkan dalam Islam, ia menjadi tuntutan pertama sekali yang diterima oleh Nabi dalam seluruh rangkaian wahyu yang diterimanya. Ya membaca tanda (atau ayat) yang dengannya dapat menyampaikan dirinya pada Allah, Sang Pencipta.
Iman Islam mengajarkan bahwa Allah "menitahkan" bahwa tanda atau ayat terbagi dua, yakni ayat yang dibentangkan di alam semesta disebut ayat kauniyah dan difirmankan di dalam al-Qur'an disebut ayat qauliyah. Pembacaan kreatif atas ayat-ayat kauniyah di alam semesta baik alam besar (makro kosmos, jagad raya) maupun alam kecil (mikro kosmos, manusia) melahirkan ilmu yang sering disebut dengan ilmu akliah dan pembacaan kreatif atas ayat-ayat qauliyah dalam wahyu (Al-Qur'an dan hadits) kemudian cenderung memvasilitasi melahirkan ilmu naqliah.
Dengan aktivitas membaca kedua tanda sebagaimana diilustrasikan di atas, manusia dapat menjalin relasi yang harmonis dengan Allah ta'ala dan reladi yang harmonis dengan alam semesta. Dalam bahasa teologis, manusia mustinya mampu mengemban peran sebagai 'abdullah yang musti mengabdi pada Ilahi, tetapi juga peran khalifatullah yang harus mengelola bumi sehingga kenyamanan dan kesejahteraan hidup dapat dinikmati sejak di dunia ini.
Begitulah sisi teologis di antara signifikansi dari aktivitas membaca. Nah sekarang bagaimana kita menjemput karuniaNya agar cinta atau gemar membaca.
Pertama, meluruskan niat. Karena niat sangat besar pengaruhnya bagi amal yang dilakukan oleh manusia, maka harus benar-benar lillah. Dalam Islam kita dituntun untuk "membaca atas nama Allah" iqra' bismi Rabbika lladzi khalaq. Inilah ketelaladanan yang dicontohkan oleh para pecinta ilmu, pecinta baca, yakni musti didasari oleh niat yang tulus ikhlas bahwa aktivitas membaca karena Allah, di atas jalan Allah dan untuk meraih ridha Allah.
Kedua, memilih dan mulai membaca bahan bacaan (buku, majalah, koran atau lainnya) yang disenangi. Realitasnya kecenderungan, minat, dan kemampuan memang berbeda-beda, maka obyek bacaan juga menyesuaikannya agar aktivitas membaca dapat dilakukan secara istikamah.
Ketiga, bila membaca sesuatu -sepenting apapun bacaan itu-, tetapi ternyata sulit untuk mengerti, maka tidak elok bila memaksa diri untuk melanjutkannya dalam membacanya. Bila hal ini terjadi, maka sebaiknya kita berhenti - untuk sementara - membaca bahan tersebut kemudian kita ulangi lagi setelah membaca bacaan lainnya yang relevan. Ya bacaan yang sulit dipahami bisa jadi karena bahasanya sudah tinggi maupun karena substansinya, maka sebaiknya dibaca buku atau bacaan lainnya agar dapat mengantarainya sehingga mudah memahami saat membaca buku semula.
Keempat, membiasakan membaca, misalnya dengan membuat jadwal tetap secara harian. Bila jadwal sudsh dibuat, maka harus memiliki azam untuk istikamah, berkomitmen untuk memenuhinya, meski sesekali terasa sangat berat. Bila sudah berhasil mendawamkannya, maka cinta membaca telah nenhadi akhkak atau tabiatnya. Dengan demikian mungkin diawali harus dari "pemaksaan diri", sampai benar-benar terwujud "pembiasaan diri", sehingga merasa manisnya cinta baca.
Kelima, berdoa memohon kepada Allah agar dikaruniai hati yang bersyukur, hati yang cinta baca, hati yang ingin terus taat kepadaNya. Aamiin ya Mujib al-Sailin
Tags:
Muhasabah Harian