Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 21 Dzulhijjah 1442
Saudaraku, tema muhasabah hari ini masih berusaha mengambil ibrah dari doa atau permohonan yang disuriteladankan oleh para rasul dan orang-orang beriman yang diabadikan oleh Allah dalam al-Qur'an. Kali ini tentang permohonan yang dipanjatkan oleh Nabi Musa as agar sukses dalam mengemban tugas, mengajak kepada kebaikan; dianugrahi kesabaran, dan dimudahkan dalam segala urusan, terutama saat menghadapi kezaliman Fir'aun. Allah mengabadikan doa Nabi Musa dalam al-Qur'an, artinya Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (QS. Thaha 25-28)
Dalam normativitas yang maknanya tertera di atas setidaknya terdapat empat hal yang dipinta oleh Nabi Musa, yakni kelapangan dada, kemudahan urusan, kejelasan tutur kata dan kepahaman bagi lawan bicaranya.
Pertama, kelapangan dada. Nabi Musa memohon kepada Allah agar dianugrahi kelapangan dada apalagi saat itu hendak berdakwahmebyanpaikan kebenaran ke tempat Fir'aun yang sudah melampaui batas. Kelapangan dada mengakomodir kesabaran, keluasan dan keluesan menampungi segala peristiwa, keadaan dan perlakuan, sehingga tetap istikamah dalam ketaatan pada Allah ta'ala. Hal ini terjadi karena di dalam dada bertahta hati, maka juga mengakomodir permohonan agar hatinya lapang; besar, luas, sabar.
Kedua, kemudahan urusan. Di samping kelapangan dada, Nabi Musa as saat hendak berkwah kepada Fir'aun juga memohon pada Allah agar dimudahkan segala urusannya. Sebagaimana diketahui Fir'aun merupakan penguasa yang bukan saja musyrik, tetapi malah mengaku tuhan, karena ia bisa mematikan seseorang dan membiarkan hidup lainnya. Jadi mendakwahi Fir'aun seperti menghadapi harimau kelaparan yang siap menerkam mangsanya. Maka, Nabi Musa berlindung kepada Allah dan memohon dimudahkan segala urusannya.
Dan secara kontekstual, ternyata dalam hidup ini, setiap orang memiliki urusan berupa hajat, agenda dan masalah sendiri-sendiri yang bisa jadi berbeda satu dengan lainnya. Urusan dakwah, pendidikan, kesehatan, perekonomi, sosial, politik, agama atau kehidupan dalam berkeluarga, bermasyarakat, blerbangsa bernegara, beragama dan urusan apapun tentu kita berusaha memenuhinya. Nah di sinilah pentingnya kita berdoa agar dimudahkan, sehingga semuanya berlangsung seperti yang diidam-idamkannya, begitu juga hasilnya.
Ketiga, kejelasan tutur kata. Karena yang akan dihadapi adalah penguasa, orang yang merasa hebat dan sangat berpengaruh, maka Nabi Musa juga memohon kepada Allah agar dianugrahi kejelasan dalam bertutur kata. Jangan sampai saat menyampaikan kebenaran menjadi minder, takut, demam panggung atau glagapan saat bicara. Oleh karena itu tutur kata yang jelas dan menjadi sangat penting.
Secara kontekstual, barangkali kita juga bisa merasakan betapa canggung penampilan kita saat di depan khalayak, apalagi pertama dan di forum-forum terhormat. Karena gugup atau takut, bisa-bisa lidah menjadi kelu untuk mengucapkan sesuatu, keringat dingin bercucuran, gemetaran tampak pada kaki dan sekujur tubuhnya. Di sinilah pentingnya memanjatkan doa cerah hati, permohonan kepada Allah agar lurus logikanya, tenang pikirannya, jelas tutur katanya dan mantap penampilannya.
Keempat, kepahaman bagi lawan bicaranya. Kejelasan tutur kata, menjadi prakondisi agar Fir'aun dan orang-orang yang mendengarkannya dakwahnya Nabi Musa as bisa menangkap pesan dan memahaminya. Meski paham maksud ajakan Nabi Musa, Fir'aun dengan kesombongannya tetap bersikukuh menolak, bahkan memusuhinya. Intinya maksud isi hati Musa bisa disampaikan dengan jelas dan dapat dimengerti oleh lawan bicaranya.
Secara kontekstual doa cerah hati seperti yang dicontohkan oleh Nabi Musa as dapat dibaca oleh siapa saja saat memiliki agenda atau ketika ingin melakukan kebaikan apa saja. Misalnya yang lazim, doa ini juga dibaca saat mau memulai pembelajaran di kelas atau saat hendak menyampaikan sesuatu pada orang lain, saat mau berdakwah atau melakukan agenda lainnya. Allahu a'lam
Tags:
Muhasabah Harian