Kemenengan Merengkuh Jujur

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3587
Ahad, Ayyamul Bidh Ke-2, 14 Syawal 1446 H

Kemenangan Merengkuh Jujur
Saudaraku, di antara buah nikmat pendidikan Ramadhan yang meneduhkan, selain kesanggupan memaafkan dan meminta maaf, kesukaan berbagi dan keikhlasan menahan amarah, di antara air mata saat sahur memohon ampunan, dan kerinduan bangun malam merajut keheningan bersama-Nya, terpancar satu cahaya cemerlang yakni al-Shidq. Ya kejujuran yang jernih dan kebenaran yang agung.

Kejujuran adalah di antara mahkota takwa, yang melekat di hati para pencinta Allah. Ia bukan sekadar kata, tetapi napas yang menghidupkan akhlak, sikap yang menuntun langkah. Dialah ruh kejujuran yang menari dalam diam, dialah api kebenaran yang tak padam meski dunia membeku oleh dusta dan kepalsuan. Firman Allah menyinari hakikat ini: "Katakanlah, maukah kalian kuberitahu sesuatu yang lebih baik dari semua itu? Bagi orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan mereka (diberi) pasangan-pasangan yang disucikan serta keridaan Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya, yaitu orang-orang yang berdoa: 'Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari azab neraka.' (Yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya, dan yang memohon ampun di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 15–17)

Lihatlah, orang-orang yang benar, al-shadiqun, adalah mereka yang dijanjikan surga. Sesiapa saja yang hati dan lisannya selaras, yang nurani dan amalnya berpadu, yang hidupnya menjadi cermin kejujuran dan pancaran kebenaran.

Al-Shidq adalah jujur pada niat, lillahi ta'ala. Jujur pada kata, yang lembut, santun, tak menyesatkan. Jujur pada amal, yang bermanfaat, yang membawa maslahat, bagi diri dan sesamanya. Dan karena kebenaran itu datangnya dari Allah, maka ia terbebas dari keraguan, sebagaimana firman-Nya: "Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu."
(QS. Al-Baqarah: 147)

Dan lagi: "Katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin (beriman), hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir.'" (QS. Al-Kahfi: 29)

Bila al-Shidq dipahami sebagai kejujuran, maka ia adalah mahkota para kekasih Allah. Dengarlah sabda Rasulullah: "Wajib atas kalian berlaku jujur. Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang terus berlaku jujur dan menjaga kejujuran, hingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta membawa kepada keburukan, dan keburukan itu membawa ke neraka. Seseorang terus berdusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi)

Dalam dunia penuh bayang dan fatamorgana ini, kejujuran seringkali menjadi sunyi. Ia terpinggirkan oleh kepentingan, bahkan sering diinjak oleh kepalsuan. Meski demikian tetap teguh dalam kejujuran adalah kemuliaan, karena ia merupakan akhlaknya para nabi, jalan para shiddiqin, pelita dalam gulita. Maka kita jadikan kebenaran sebagai jalan hidup, dan kejujuran sebagai pakaian keseharian kita. Bukankah salam logika matematis kehidupan sudah diajarkan. Bahwa + (positif) dikalikan + (positif) adalah + (positif). Dan -- (negatif) dikalikan – (negatif) adalah + (positif). Tapi jika + dikalikan –, hasilnya adalah --

Apa ibrahnya? Kebenaran yang disampaikan sebagai kebenaran adalah jujur. Kesalahan yang diakui sebagai kesalahan, juga jujur. Tapi jika kesalahan dibungkus dengan topeng kebenaran, atau kebenaran dikubur dalam fitnah, maka itu adalah dusta, kezaliman, dan dosa. Maka, meski dunia carut-marut, meski kejujuran terasa asing dan kebenaran kadang terhina, tetaplah berada di jalan para pencari kebenaran. Yakni menjadi orang-orang yang akan Allah sambut di surga dengan ridha-Nya.

Kita mungkin tak sempurna, tapi mari terus berusaha menjadi orang yang jujur, orang yang benar, orang yang bertakwa. Sampai kita dipanggil dengan lembut:  "Inilah hari, di mana orang-orang yang jujur memperoleh manfaat dari kejujuran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah keberuntungan yang besar." (QS. Al-Ma’idah: 119)

Aamiin.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama