Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3670 Serial Hijrah
Sabtu, 9 Muharam 1447
Bahagia Bisa Meringankan Beban
Saudaraku, hidup sejatinya adalah perjalanan panjang, sambung menyambung dari alam dzuriyat hingga akhirat. Dan saat menjalani hidup di dunia ini setiap diri memiliki garisan tangan, pengalaman, pengamalan, dinamika dan beban yang berbeda-beda. Ada di antara manusia yang harus memikul beban lahiriah: urusan pekerjaan, keluarga, harta, kesehatan, tetapi ada pula yang memikul beban batiniyah: dosa, masalah pribadi, kegelisahan, atau luka hati.
Ya, "beban" itu seringkali nyata, tapi sebaiknya sebagai orang beriman harus yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, tidak memberikan beban melampaui kesanggupan hambaNya dan tidak membiarkan kita memikul beban sendirian. Di samping itu juga senantiasa memberi jalan keluar, dan mengajarkan bahwa di balik setiap upaya meringankan beban, tersimpan kebahagiaan yang hakiki. Maka ikhtiar dan doa menjadi penting dilakukan. Firman Allah SWT mengingatkan kita, “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami telah menghilangkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu?” (QS. Asy-Syarh: 1-3)
Ayat ini menjadi isyarat, bahwa di antara kasih sayang Allah adalah meringankan beban hamba-hamba-Nya, termasuk beban yang memberatkan hati. Dan sungguh, siapa sih di antara kita yang tak ingin merasakan kelapangan dada dan keringanan beban itu? Ya, kan? Apalagi beban dosa.
Beban dosa yang membebani jiwa, merecoki kejernihan akal, memberati langkah, sejatinya bisa kita ringankan dengan taubat nasuha. Kita beristighfar, memohon ampunan pada Allah, menyesali diri telah berbuat dosa, bertekad kuat tidak akan mengulangi kesalahan lagi dan menggantikannya dengan amal shalih. Bila dosa itu tersangkut dengan sesama, maka menyelesaikan dengannya secara bijaksana.
Beban pikiran yang menyesakkan dada, bisa kita ringankan dengan taubat dan berserah diri kepada Allah. Dan beban masalah yang menumpuk, bisa kita ringankan dengan sabar, ikhtiar mencari solusi, dan doa. Nah, setiap kali kita berhasil meringankan beban diri sendiri, sebenarnya kita sedang membuka ruang kebahagiaan di hati. Dalam sebuah hadits Rasulullah ﷺ bersabda: Berbahagialah orang yang sibuk memperbaiki aib dirinya sendiri sehingga ia tidak sempat mengurusi aib orang lain.” (HR. Al-Bazzar)
Tentu, kita harus fokuslah terlebih dahulu meringankan beban pribadi, terutama beban yang bersumber dari dosa dan kelalaian. Inilah sumber ketenangan. Dan ketika diri tak lagi terbebani lagi, alangkah mulianya, bila mampu meringankan beban sesama: membantu orang yang kesulitan, menolong yang sedang tertimpa musibah, menguatkan yang sedang lemah, memberi jalan keluar bagi yang buntu, mendoakan yang sedang terluka. Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang meringankan beban seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan meringankan bebannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Betapa agungnya kebaikan itu. Karena setiap kali kita meringankan beban orang lain, sebenarnya kita sedang meringankan beban hidup kita sendiri, dan membuka pintu keridhaan Allah. Jadi, bahagia itu bukan hanya saat kita tertawa saja, tapi juga saat kita berhasil melepaskan beban di pundak, dan membantu mengangkat beban saudara kita. Bahagia adalah saat kita mampu beristighfar, bertaubat, sabar, dan saling tolong-menolong, hingga hidup ini terasa lebih ringan, dan hati kita lebih lapang. Tentu, kita rawat niat baik ini, yakni meringankan beban kita dengan taubat, meringankan beban sesama dengan kepedulian, agar hidup kita semakin bahagia dan membahagiakan Aamiin,
Tags:
Muhasabah Harian Ke-3670