Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Harian Ke-3669 Serial Hijrah
Jumat, 8 Muharam 1447
Bahagia Bisa Meraih Ridha-Nya
Saudaraku, di antara nikmat besar dalam menjalani hidup di dunia yang Allah limpahkan kepada manusia adalah kebebasan memilih. Ya, manusia adalah makhluk yang diberi keistimewaan berupa kebebasan memilih (free choice) dan kebebasan berbuat (free act).
Manusia bebas melangkah ke mana saja, bebas menentukan pilihan hidup, bebas memilih jalan iman atau jalan kekafiran. Namun, jangan lupa, kebebasan itu tidaklah tanpa batas, karena setiap pilihan pasti membawa konsekuensi logis. Firman Allah SWT mengingatkan kita: “Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa yang mau beriman, hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang mau kafir, biarlah ia kafir.'” (QS. Al-Kahfi: 29)
Setelah ditegaskan bahwa kebenaran itu datangnya dari Allah, dan hal ini sudah sangat gamblang, lalu Allah memberi kebebasan kepada manusia, bebas memiilih beriman atau kafir. Pilihan yang mana menjadi terbuka di hadapan manusia. Tentu semuanya terjadi atas sepengetahuan dan izin Allah. Karena kalau tidak seizin Allah maka pasti tak terjadi. Namun, yang seyogyanya kita renungkan adalah ridha Allah yang tidak turun untuk semua pilihan.
Ridha-Nya hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang memilih jalan iman, yang mengokohkan hati di atas kebenaran, yang menapaki hidup dengan petunjuk Ilahi. Oleh karenanya meinggalkan apapun yang tidak diridhai oleh Allah menuju pada keridhaanNya menjadi langkah yang bijak dan membahagiakan. Allah berfirman: “Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah balasan bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah 8)
Betapa agung dan bahagianya, bila kita termasuk orang-orang yang dapat memperoleh ridha Allah. Bukan sekadar bahagia duniawi, tetapi bahagia yang abadi hingga di akhirat kelak. Karena ridha Allah adalah pintu utama menuju keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Maka, di tengah berbagai pilihan hidup yang terus terbentang, kita patut bersyukur bila Allah bimbing hati kita sehingga kita memilih jalan iman. Bukan karena kita lebih pintar, lebih kuat, atau lebih suci, tetapi karena kasih sayang dan hidayah Allah yang merangkul hati ini. Dengan memilih beriman, kita merasakan ketenangan, merasakan rasa aman dan perlahan tumbuh sikap amanah dalam hidup ini.
Iman membawa rasa aman, karena hati tidak lagi goyah oleh keraguan dan ketakutan yang tak berujung. Iman melahirkan amanah, karena setiap tindakan kita dilandasi dengan keyakinan bahwa semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Iman yang benar tidak hanya membahagiakan diri sendiri, tapi juga memancarkan kebaikan dan kedamaian bagi sekitar. Dari sini bersemi kebahagiaan demi kebahagiaan.
Ya bahagia bukan saat semua keinginan duniawi terpenuhi, tapi saat kita sadar, di antara sekian pilihan yang Allah bentangkan, kita memilih iman, dan melalui iman itu, kita meraih ridha-Nya. Bahagia saat pilihan kita selaras dengan kehendak-Nya, hidup kita berada di jalan-Nya, dan akhir perjalanan kita menuju ridha dan surga-Nya. Maka tentu, kita bersyukur atas nikmat besar ini, dan kita rawat pilihan iman ini dengan ilmu dan amal, dengan keikhlasan, dengan kesabaran, hingga kita benar-benar termasuk orang-orang yang diridhai Allah. Aamiin
Tags:
Muhasabah Harian Ke-3669