Bertutur Terukur

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 23 Rabiul Awal 1444

Bertutur Terukur
Saudaraku, dalam akhlak sosial terutama saat perjumpaan antar saudara, di samping berbagi salam, bersalaman dan berbagi senyum keceriaan, maka saling berbagi kabar juga sangat penting, agar jalinan silaturahim semakin akrab dan lekat. 

Nah sampai di sini, akhlak berbicara musti benar-benar dijaga sebagai perwujudan cinta sunah Nabi dan cinta Allah Rabuna. Inilah latar mengapa tema muhasabah hari ini diracik di bawah judul bertutur terukur. Hal ini perlu diingatkan, karena sering lupa, sering kebablasan, malah ada yang bicaranya ngalor ngidul gak jelas ujung pangkalnya sehingga sering lupa daratan.

Pertama, berbicara hanya yang baik-baik saja, berbagi sewajarnya, dan hanya untuk kebaikan. Allah berfirman yang artinya "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar. (QS Al-Nisa  114).

Kedua, tidak seperti genthong umos. Genthong umos itu artinya tidak bisa menyimpan rahasia, atau membicarakan semua  dari apapun yang didengar; meneruskan semua status tetangga. Bila ini terjadi, bisa-bisa berpotensi mengundang dosa. Rasulullah saw bersabda, "Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang, yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang ia dengar." (HR Muslim).

Ketiga, tidak mengolok-olok dan tidak "sikut kiri kanan". Berbagi cerita tanpa menyakiti, bersih dari ghibah apalagi fitnah. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim (QS Al-Hujarat 11).

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(Qs. Al-Hujurat 12)

Keempat, bicaranya tidak ngalor ngidul, alias seperlunya saja. Tidak etis  membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Rasulullah bersabda, "Termasuk kebaikan Islam-nya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna." (HR Ahmad dan Ibnu Majah). 

Kelima, berbicara secara santun hindari mendebat apalagi debat kusir. Sabda Nabi, "Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar." (Muttafaq 'Alaih).

Keenam, hindari memaksa diri berbicara apalagi sesuatu yang di luar jangkauannya. "Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih, dan orang-orang yang sombong." (HR At-Tirmidzi).

Ketujuh, berbicara dengan kesadaran penuh dengan menghadapkan pandangan, wajah dan seluruh kediriannya kepada lawan bicara. Tentu menjadi tidak etis bila berbicara tapi pandangannya ke arah yang lain, apalagi membelakanginya. Coba sakit nggak, bila ada yang berbicara kepada kita, tapi hatinya di tempat yang berbeda?

Kedelapan, berbicara dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak meledak-ledak. Ummul Mukminin Aisyah ra pernah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya." (Muttaaq 'Alaih).

Kesembilan, mengakhiri pembicaraan atau perjumpaan dengan saling mendoakan sembari bersalaman satu dengan sesamanya. Sudah termasuk mendoakannya ketika menyampaikan salam dengan lafald assalamu 'alaikum warrahmatullahi wabarakatuhu. Semoga kita dalam keridhaan Allah ta'ala. Aamiin ya Mujib al-Sailin

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama